Minggu, 05 Januari 2014

Slamet Gundono

Selamat Jalan Ki Slamet Gundono, Almarhum memang luarbiasa , semoga Allah menempatkan di sisiNya.

Slamet Gundono

Lahir :
Tegal, Jawa Tengah
19 Juni 1966 meninggal
(Minggu 5 Januari 2014 di RS Yarsis Solo)

Pendidikan :
Madrasah Aliyah Pondok Slawi, Tegal,
(1987 -1989),
IKJ Jurusan Teater
STSI Surakarta Jurusan Pedalangan

Profesi :
Dalang Teater Wayang

Penghargaan :
Penghargaan I atas Pentas Eksperimen Wayang 45 Menit”dalam Acara Festival Senimania Republika yang diselenggarakan oleh Harian Republika di Taman Ismail Marzuki –Jakarta

Karya Tulis :
Presiden Buruh Rakyat (2009)
Slamet Gundono, harus diakui sebagai dalang muda yang kreatif. Sebagai pengagum Ki Nartosabdho (alm), ia ingin menjadi dalang wayang kulit yang bergaya klasik. Kemampuan dan karakter vokalnya cukup bagus, bahkan bisa disebut reinkarnasinya Ki Narto. Soal olah gerak boneka wayang alias sabet juga standar.

Hanya, dia kalah dalam persaingan antar-dalang. Lobi dan jaringan dengan konsumen dan broker sudah dikuasai dalang-dalang mainstream, yaitu Ki Manteb Sudharsono dan Ki Anom Suroto untuk gaya Surakarta dan Ki Hadi Sugito untuk gaya Yogyakarta. Karena itulah, ia mengembangkan gaya pertunjukan sendiri, seperti wayang suket yang boneka wayangnya terbuat dari rumput atau wayang gremeng yang dimainkan tanpa boneka wayang kulit. Nyatanya, dia sukses dengan hasil eksplorasi kreatifnya. Baik ditilik secara eksistensialis maupun dari sudut pandang ekonomis.

Slamet Gundono adalah dalang yang sering disebut-sebut mbeling. Ia adalah dalang yang cerdas, yang tidak tunduk pada aturan baku, juga tidak mendek karena keterbatasan peralatan dan persyaratan dalam mendalang. Lakon dan jalan cerita yang dimainkan, pada pertunjukan merupakan gubahan dari fiksi yang dipadukan dengan fakta, sehingga dalam lakon terdapat pembaruan. Cerita tidak mengalami stagnasi.
Boneka wayang yang dibuat dari kulit, yang biasa digunakan untuk pertunjukan wayang kulit, di tangan Slamet Gundono bisa diubah dengan apa saja. Pertunjukan wayang seperti itu, tentu saja sudah sangat menjauh dari pakem pertunjukan wayang kulit konvensional. Jika pertunjukan Slamet Gundono harus diberi istilah, dengan pertunjukan teater wayang. Dikatakan teater, karena pertunjukan ini juga melibatkan aktor-aktor lain yang bermain di panggung, dan dalam beberapa adegan para aktor itu berinteraksi dengan wayang yang dimainkan Slamet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar